Mojokerto – Penyebaran paham radikalisme dan intoleransi antarumat beragama masih jadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia. Beragam upaya perlu dilakukan untuk menangkalnya, di antaranya melalui lembaga dakwah.
‘’Peran dai dan khatib sangat penting untuk mewujudkan Indonesia damai, penuh toleransi antarumat beragama,’’ ungkap Kanit 1 Subdit Kontra Ideologi Direktorat Pencegahan Densus 88 AT AKBP Moh Dofir, Kamis (22/9/2022).
Dofir bertemu dengan puluhan dai dan khatib di Masjid Agung Besar Darussalam Gemekan Kecamatan Sooko kabupaten Mojokerto, . Dia menyebut mereka bisa menjadi garda terdepan dalam menangkal paham radikalisme.
‘’Saat korban gundah akibat masalah ekonomi maupun lainnya, lalu mereka berusaha untuk mencari guru spiritual untuk bangkit. Namun justru mendapatkan guru yang tidak tepat yang mengarahkan ke gerakan radikal,’’ terangnya.
Karena itu, dia menilai di era serba digital menjadi tantangan dalam mencegah penyebaran paham radikalisme. Sebab, tak jarang masyarakat justru memilih jalan pintas untuk belajar agama melalui internet.
Sementara, gerakan radikalisme saat ini cenderung beralih via online. ‘’Padahal, di Indonesia ini banyak sekali kiai dan ulama yang justru lebih kompeten dalam urusan agama. Sehingga seyogyanya masyarakat mencari guru yang lebih baik,’’ tuturnya.
Ia menyatakan terorisme harus diperangi bersama. Selain itu, dia menegaskan tidak boleh ada lagi politik identitas yang mengatasnamakan suatu golongan.
“Islam yang sejatinya mengajarkan kedamaian justru hilang dan umat Islam kebanyakan akhirnya terdampak citra buruk, makanya ini kami ajak para khotib dan dia biar satu persepsi,’’ terangnya.(Syim)